Kamis, 07 Juni 2018

KONSERVASI ARSITEKTUR - BAB 4



BAB IV
PENANGANAN PELESTARIAN

4.1.       Rekomendasi
a.    Pemilihan Solusi Desain
Solusi desain yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada terdiri dari beberapa hal diantaranya :
·           Memperbaiki lansekap di sepanjang koridor Jalan Pemuda Depok menjadi menarik dan menimpulkan kesan kota tua bergaya kolonial Belanda
·           Menambah fasilitas penunjang dalam rancangan pusat informasi.
·           Membuat lahan parkir agar pengunjung / wisatawan tidak menggunakan badan jalan lagi untuk memarkirkan kendaraan mereka.
·           Menggunakan elemen bangunan yang sama ataupun dengan model baru namun tidak menghilangkan kekhasan yang ada pada bangunan eksisting

b.   Delinasi (Batas Perencanaan)
Deliniasi memberi gambaran mengenai ruang lingkup, dan perbedaan suatu bidang dengan bidang lainnya. Berdasarkan Perda No. 9 Tahun 1999 Tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Cagar Budaya, bangunan cagar budaya dari segi arsitektur maupun sejarahnya dibagi dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :
Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan A
Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan B
Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan C
Tolak Ukur Bangunan Pemugaran
a)      Nilai sejarah
b)      Usia / Umur Lingkungan
c)      Keaslian
d)      Kelangkaan
e)      Tengeran / Landmark
f)       Arsitektur
Batas Perencanaan ialah berdasarkan kriteria, Tolak ukur dan terikat terhadap undang-undang yang sesuai dengan Pengembangan Kawasan Berbasis Konservasi
c.    Rencana Implementasi
Rencana Pengembangan Kawasan Kota Tua di Depok berbasis Konservasi ini berada dikawasan situs cagar budaya Depok yang ada di Jalan Pemuda, Pancoran Mas, Depok.

4.2.       Pemilihan Tema & Konsep
 Pemilihan konsep dalam Pengembangan Kawasan Kota Tua di Depok adalah “konservasi”. Salah satu solusi yang tepat dalam menghidupkan kembali suatu kawasan bersejarah adalah dengan langkah membuat suatu fungsi baru dari fungsi lama pada bangunan-bangunan tersebut. Langkah ini dikenal dengan istilah adaptive re-use yang kemudian disandingkan dengan konsep konservasi. Bahkan beberapa negara di dunia, sudah cukup lama menggunakan adaptive re-use sebagai upaya menyelamatkan aset bersejarah dan dapat dikategorikan berhasil. Tetapi tidak selamanya langkah ini mudah dilaksanakan, karena pada umumnya akan muncul kendala yang menyebabkan hilangnya nilai-nilai sejarah. Hal ini dapat terjadi jika keaslian dari bentuk bangunan sengaja dihilangkan atau mendapatkan respon negatif dari pihak luar.


5.             Definisi dan Interpretasi Tema dan konsep
Konservasi adalah proses merawat sebuah tempat, benda, ruang, dan pemandangan, untuk menjaga nilai budaya, estetika, sejarah, sosial atau spritualnya (Australia ICOMOS Burra Charter, 2013). Konservasi merupakan proses memahami, memelihara, menjaga, dan jika diperlukan memperbaiki, mengembalikan dan menyesuaikan fungsi untuk mempertahankan nilai budaya. Konservasi merupakan sistem yang berkelanjutan yang tidak hanya memperhatikan aspek arsitektural, namun juga ekonomi dan sosial. Fokus konservasi adalah sejarah, masa kini, dan masa depan bangunan dengan mempertimbangkan: bukti sejarah, kebutuhan saat ini, dan keberlanjutan untuk masa depan (Orbasli, 2008).

6.             Studi Banding Proyek Sejenis
4.3.1.      The Hermitage (Art Deco)

Gambar 4.1 The Hermitage Hotel
sumber : www.google.co.id
The Hermitage dengan arsitek Jasin Tedjasukmana dari KIAT Architects, menggunakan pendekatan preservasi, restorasi, dan revitalisasi. Preservasi dilakukan di bagian-bagian penting, dimana perubahan tidak diperbolehkan sama sekali. Restorasi dilakukan pada bagian-bagian penting yang telah rusak, dimana bagian-bagian penting ini dikembalikan bentuk fisiknya seperti semula sesuai dengan apa yang disyarakatkan pada status cagar budaya kategori A yang disandang bangunan ini. Sementara revitalisasi dilakukan dengan mengganti fungsi bangunan menjadi hotel bintang lima sehingga bangunan bisa hidup kembali dengan fungsi baru tanpa harus mensyaratkan perubahan fisik sama sekali.

4.3.2.      Status Cagar Budaya
Walaupun telah berubah fungsi, bangunan The Hermitage merupakan sebuah karya arsitektur yang “menganggap penting” keberadaan sebuah sejarah masa lalu, dan mengubahnya menjadi sebuah bentuk yang kontemporer. Keberadaan The Hermitage ini menjadi sebuah penanda bahwa dengan pendekatan desain yang tepat, keindahan bangunan tersebut dapat muncul kembali walaupun masa kejayaannya telah lama usai.

7.             Implementasi Tema dalam Perancangan
Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap baik dan benar. Pada desain kali ini implementasi tema dapat dilihat pada penambahan fungsi bangunan berdasarkan karakter visual eksterior dan interior bangunan Kolonial Belanda yang terdiri dari :
·           Denah
·           Dinding
·           Pintu
·           Lantai
·           Atap
·           Plafon
·           Pedestrian

DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, Supratikno . BEBERAPA PERMASALAHAN PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN STRATEGI SOLUSINYA. http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/340/1/BEBERAPA%20PERMASALAHAN%20PELESTARIAN.pdf. Diakses pada 18 Februari 2018
Jonathans, Yano. Depok Tempo Doeloe. 2011. Diakses pada 18 Februari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar