ARIESMA
RAFANI RASYID
21314577/4TB06
KRITIK ARSITEKTUR
OBJEK : ISTANA BOGOR
METODE : KRITIK
NORMATIF
Definisi
Kritik Normatif
kritik normatif adalah adanya
keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan
wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau
sandaran sebagai sebuah prinsip. Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah
lingkungan binaan dapat dinilai. Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat
fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif dan tidak dapat
dikuantifikasikan. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat
umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda
konstruksi. Sebagai contoh adalah slogan yang berkembang pada beberpa Negara
dan berperan kuat terhadap perkembangan arsitektur seperti form follow function.
Metode
Kritik Normatif
a.
Doktrin (sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan desain arsitektur yang berangkat dari keterpesonaan dalam sejarah
arsitektur).
b.
Sistem (Menggantungkan pada hanya satu prinsip
akan mudah diserang sebagai : menyederhanakan (simplistic), tidak
mencukupi (inadequate) atau kadaluarsa (out of dated )).
c.
Tipe ( suatu norma yang didasarkan pada model
yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik)
d.
Ukuran ( sekumpulan dugaan yang mampu
mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif)
Istana Bogor berada di kota Bogor yang pada era kolonial
bernama Buitenzorg atau yang berarti "tempat yang aman, nyaman, dan
cocok untuk temoat peristirahatan tanpa kekhawatiran".
Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38
Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris.
Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff terkesima akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor
(Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai
rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat
peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.
Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga, pada awalnya merupakan
sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri yang membuat sketsa dan membangunnya
dari tahun 1745-1750, mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur angsur, seiring
dengan waktu perubahan-perubahan kepada bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur
Jenderal Belanda maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai
perubahan. sehingga yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi
bangunan istana paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektare dan luas
bangunan 14.892 m². Istana Bogor juga mempunyai bangunan induk dengan sayap
kiri serta kanan. Keseluruhan kompleks istana mencapai luas 1,5 hektare.
Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari
Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni
terakhir Istana Buitenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada
Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang.
Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor
mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari
Istana Presiden Indonesia.
Pada tahun 1968 Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum atas
restu dari Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri setahunnya
mencapai sekitar 10 ribu orang.
Pada 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan tahunan menteri
ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation), dan di sana diterbitkanlah Deklarasi Bogor.[1] Deklarasi ini merupakan komitmen 18 negara anggota APEC
untuk mengadakan perdangangan bebas dan investasi sebelum tahun 2020.
Sebelumnya Istana Bogor dilengkapi dengan sebuah kebun
besar, yang dikenal sebagai Kebun Raya Bogor namun sesuai dengan kebutuhan akan pusat pengembangan
ilmu pengetahuan akan tanaman tropis, Kebun Raya Bogor dilepas dari naungan
istana pada tahun 1817.
Saat ini, Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang
mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis, kebudayaan, dan faunanya. Salah satunya adalah keberadaan rusa-rusa yang
didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang.
Bangunan induk Istana Bogor terdiri dari:
- Bangunan induk istana berfungsi untuk menyelenggarakan acara kenegaraan resmi, pertemuan, dan upacara.
- Sayap kiri bangunan yang memiliki enam kamar tidur digunakan untuk menjamu tamu negara asing.
- Sayap kanan bangunan dengan empat kamar tidur hanya diperuntukan bagi kepala negara yang datang berkunjung.
- Pada tahun 1964 dibangun khusus bangunan yang dikenal dengan nama Dyah Bayurini sebagai ruang peristirahatan presiden dan keluarganya, bangunan ini termasuk lima paviliun terpisah.
- Kantor pribadi Kepala Negara
- Perpustakaan yang dilengkapi dengan buku
- Ruang makan
- Ruang sidang menteri-menteri dan ruang pemutaran film
- Ruang Garuda sebagai tempat upacara resmi
- Ruang teratai sebagai sayap tempat penerimaan tamu-tamu negara.
- Kaca Seribu
Saat ini sudah menjadi trend warga Bogor dan sekitarnya setiap hari Sabtu,
Minggu, dan hari libur lainnya berjalan-jalan di seputaran Istana Bogor sambil
memberi makan rusa-rusa indah yang hidup di halaman Istana Bogor dengan wortel
yang diperoleh dari petani-petani tradisional warga Bogor yang selalu siap
sedia menjajakan wortel-wortel tersebut setiap hari libur. Seperti namanya,
istana ini terletak di Bogor, Jawa Barat.
Sumber :
widyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../KRITIK+NORMATIF
https://4.bp.blogspot.com/-kwM6-a8H0Zs/T9LnzTLDT5I/AAAAAAAAAUM/oX9hUB3XXSI/s640/1899_DenahIstanaBogor.jpg