Selasa, 16 Januari 2018

TUGAS KE 2 KRITIK ARSITEKTUR (KRITIK IMPRESIONIS)


NAMA : ARIESMA RAFANI RASYID 
KELAS : 4TB06 
NPM : 21314577 

Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru). Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.

Kritik impresionis dapat berbentuk : 
· Verbal discourse (narasi verbal puisi atau prosa). 
· Caligramme (paduan kata)
· Painting (lukisan) 
· Photo image (imagi foto) 
· Modification of building (Modifikasi bangunan) 
· Cartoon (menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan).

Contoh :
Kritik impressionis
menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya keseniannya.

GEDUNG DPR RI
Sejarah Gedung DPR RI (Jakarta)

 
Sumber gambar : jawapos.com

Gedung ini mulai dibangun pada tanggal 8 Maret 1965. Ketika itu Presiden Soekarno bermaksud menyelenggarakan CONEFO, yaitu suatu konferensi yang bertujuan untuk menandigi organisai PBB yang dianggap sebagai simbol dari kekuatan faham kapitalis. Ketika pemerintahan Presiden pertama ini jatuh dan kekuasaan berpindah tangan pada Presiden Soeharto, proses pembangunan tetap dilanjutkan. Hanya saja fungsinya dirubah menjadi Gedung MPR dan DPR hingga saat ini.
esain gedung ini dirancang oleh seorang arsitektur atau ahli bangunan yang bernama Soejoedi Wirjoatmodjo. Dari lantai dasar paling bawah hingga atap bangunan punya ukuran tinggi seratus meter dan terbagi menjadi duapuluh empat lantai. Sedangkan total luas bangunannya mencapai 80.000m2.


Gambar ini merupakan atap dari gedung DPR RI. Atap ini punya tampilan seperti tempurung atau tubuh binatang kura-kura tapi terbelah menjadi dua bagian. Bagian tengahnya melengkung kearah bawah dan diberi semacam sabuk yang melengkung hingga ke lantai yang ada dibawah atau dasar. Sabuk yang jumlahnya ada dua ini membelah pada bagian bawah kemudian membentuk ruang yang kosong.


 

Gambar ini merupakan Ruang atau bidang yang kosong ini selanjutnya dipakai sebagai tempat untuk membuat tangga yang menjadi akses untuk masuk ke dalam ruang yang ada di lantai atas. Tangga ini punya ukuran yang sagat besar, lebar dan panjang. Meski menggunakan konsep berundah, tapi dibuat menjadi berapa bagian, dimana masing-masing bagian tersebut punya ukuran kemiringan yang berbeda.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan tangga yang lebih landai, sehingga orang atau pengunjung yang ingin naik ke lantai atas dari luar tidak akan mudah lelah dan capek. Selain itu pada bagian tengah dari tangga ini tidak dibuat secara berundak, tapi membentuk bidang datar yang miring. Tujuan dari pembuatan tangga datar ini yaitu sebagai akses untuk pengunjung difabel atau cacat tubuh yang tidak mampu berjalan pada tangga berundak dan harus menggunakan kursi roda.


 






Gambar ini merupakan atap dan sabuk, warna yang digunakan pada atap yang membentuk tempurung kura-kura tersebut tidak pernah berubah, yaitu hijau. Sedangkan sabuk yang juga berfungsi sebagai konstruksi atap di beri warna abu-abu. Kemudian bagian tengah dari tangga yang digunakan oleh kaum difabel menggunakan warna putih.


 






Gambar ini merupadakn  penutup atap yang dimana bagian atasnya tetap landai tidak menjulang ke atas. Ini merupakan simbol dari sifat yang feminim atau keibuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar