BAB III
GAMBARAN UMUM DAN PERMASALAHAN
3.1
Deskripsi Umum Daerah/Obyek Amatan
3.1.1
Kota Depok
Kota Depok adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Kota ini terletak tepat di selatan Jakarta, yakni antara Jakarta dan
Bogor.Depok adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian
mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok
ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang terpisah dari Kabupaten
Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 kecamatan, yang dibagi menjadi 63 kelurahan.
Depok merupakan kota penyangga Jakarta. Ketika menjadi
kota administratif pada tahun 1982, penduduknya hanya 240.000 jiwa, dan ketika
menjadi kotamadya pada tahun 1999 penduduknya 1,2 juta jiwa.
Adapun
selengkapnya nama-nama kecamatan dan kelurahan hasil pemekaran berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 yang disahkan oleh DPRD Kota Depok,
sebagai berikut:
1.
Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah
kerja: Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, dan
Kelurahan Mampang.
2.
Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja:
Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok
Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru. elurahan Rangkapan Jaya, dan
Kelurahan Rangkap Jaya Baru.
3.
Kecamatan Cipayung meliputi wilayah
kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya,
Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya.
4.
Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah
kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan
Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.
5.
Kecamatan Cilodong meliputi wilayah
kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan
Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.
6.
Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja:
Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.
7.
Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja:
Kerurahan Cinere, Kelurahan Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan
Pangkal Jati Baru.
8.
Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah
kerja: Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan
Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.
9.
Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja:
Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan
Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan
Cimpaeun.
10. Kecamatan
Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan Kedaung,
Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan, Kelurahan
Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.
11. Kecamatan
Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Bojongsari
Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Duren
Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.
Kota
Depok selain sebagai kota otonom yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus
Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang
diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan
dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air.
3.1.2
Letak Geografis Kecamatan Pancoran Mas
Letak
Geografis Kecamatan Pancoran Mas sangat strategis, yaitu terletak ditengah
jantung perkotaan Kota Depok, yang dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk
dan pusat perbelanjaan, pertokoan serta
perkantoran dan tempat ibdah. Kecamatan Pancoran Mas mempunyai luas wilayah ±
1.919 ha, dengan ketinggian wilayah dari permukaan air laut sekitar 50 sampai
dengan 60 meter dengan permukaan tanah yang relatif datar dan berbukit.
Kecamatan Pancoran Mas terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, 106 Rukun Warga (RW)
dan 627 Rukun Warga (RT) dengan jumlah penduduk 240.920 jiwa per Maret 2013.
Kelurahan
yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Pancoran Mas, yaitu :
1.
Kelurahan Depok
2.
Kelurahan Depok Jaya
3.
Kelurahan Pancoran Mas
4.
Kelurahan Mampang
5.
Kelurahan Rangkepan Jaya
6.
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
Batas
Wilayah :
1.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Beji
2.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukmajaya
3.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cipayung
4.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Limo
3.1.3
Sejarah Kecamatan Pancoran Mas Depok
Kota Depok
bermula dari sebuah Kecamatan yang berada dalam lingkungan Kewedanaan (Pembantu
Bupati) Wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 Perumahan
mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun Pengembang yang kemudian diikuti
dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya
perdagangan dan jasa, yang semakin pesat, sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.
Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981 yang peresmiannya diselenggarakan pada
tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri Dalam Negri (H. Amir Machmud) yang terdiri
dari 3 (tiga) kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa yaitu :
1.
Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa
yaitu Desa Depok. Desa Depok Jaya, Desa pancoran Mas, Desa Mampang, Desa
Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan jaya Baru.
2.
Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa yaitu Desa
Beji, Desa Kemirimuka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.
3.
Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa yaitu
Desa Mekarjaya, Desa Sukmajaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru,
Desa Kalimulya
Selama kurun
waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang dengan pesat baik dibidang
Pemerintahan, Pembangunan, dan Kemasyarakatan, khususnya bidang Pemerintahan
semua desa berubah menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran kelurahan, sehingga
pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 23 (dua puluh tiga)
Kelurahan yaitu :
1.
Kecamatan Pancoran Mas, terdiri terdiri 6 (enam)
Kelurahan yaitu Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas,
Kelurahan Mampang, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan jaya Baru.
2.
Kecamatan Beji, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan yaitu
Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan
Kirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah baru.
3.
Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas)
Kelurahan yaitu Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Mekarjaya,
Kelurahan AbadiJaya, Kelurahan BaktiJaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan
Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jatimulya,
Kelurahan Tirta Jaya.
Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah tingkat
II Depok, yang ditetapkan pada tanggal 20 april 1999, Wilayah Kota Depok
meliputi wilayah Kota Administratif Depok, terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan
sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten
Daerah Tingkat II Bogor yaitu :
1.
Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu)
Kelurahan 12 (dua belas) Desa Tugu,Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa
Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Jatijajar,
Desa Tapos, desa Cimpaem dan Desa Luwinanggung;
2.
Kecamatan Sawangan yang terdiri dari 14 (empat belas)
Desa yaitu Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kadaung, Desa
Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojongsari, Desa Bojongsari Baru,
desa Duren Seribu, Desa Duren mekar, Desa Pengasinan, Desa bedahan dan Desa
Pasir Putih;
3.
Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa
yaitu Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati,
Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut dan Desa Grogol;
4.
Dan ditambah 5 (lima ) dari Kecamatan Bojong Gede
yaitu Desa Cipayung Jaya,Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong dan Desa Pondok
Jaya.
Kecamatan
Pancoran Mas adalah merupakan salah satu dari 11 Kecamatan di Kota Depok yang
berada di Pusat Kota Depok. Kecamatan Pancoran Mas saat ini terpisah menjadi 2
(dua) Kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 07 Tahun
2008 tentang Pemerkaran Kecamatan di Kota Depok. Kecamatan Pancoran Mas yang
membawahi 6 (enam) Kelurahan yaitu Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya,
Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Mampang, Kelurahan Rangkepan Jaya dan
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru dan Kecamatan Cipayung yang membawahi 6
Kelurahan.
3.2
Lokasi
Bangunan Bersejarah yang ada di
Depok berlokasi di Jl. Raya Pemuda, Kecamatan
Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat.
3.3
Kondisi Eksisting
Master
plan Kawasan terletak di Jalan Pemuda, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas,
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat
Berikut
merupakan data kawasan yang terletak di Jalan Pemuda
Jumlah Bangunan
bersejarah : 14
Berikut merupakan 14 bangunan
bersejarah Depok yang masih tersisa di Jalan Pemuda, Pancoran Mas :
1.
Rumah Presiden Depok
2.
Rumah sakit Harapan
3.
Rumah Warga 1
4.
Khasanti Restaurant
5.
Rumah Yanu Jonathans
6.
SDN Pancoran Mas 02
7.
Tempat penyimpanan Yakult
8.
Rumah Percontohan Depok
9.
Rumah Warga 2
10. Gedung
Pertemuan Immanuel
11. GPIB
Immanuel Depok
12. Rumah
Warga 3
13. Yayasan
Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC)
14. SMPN
1 Depok
3.4
Bangunan Arsitektur Kolonial
Rumah
sakit harapan depok adalah rumah sakit pertama yang ada di Kota Depok. Sebelum
menjadi rumah sakit, bangunan ini merupakan Gedung Gemeente Depok (kotapraja)
pada tahun 1880. Tempat yang menjadi
pusat pemerintahan kota Depok di masa lampau.
Sisa atau bentuk asli bangunan pada
rumah sakit harapan depok hanyalah fasad depan dan bagian atapnya saja, karena
pada bagian belakang dan dalam ruangan sudah dilakukan renovasi berulang kali.
Para
budak yang bertugas mengelola lahan milik Chastelein menjadi cikal bakal warga
pertama Depok. Kekayaan sejarah lain bertebaran di Jalan Pemuda. Selain
pada bangunan ini, berbagai bangunan dengan corak arsitektur lama di sana. Tak
jauh dari rumah sakit dan rumah presiden, bangunan bersejarah lain bisa
ditemui. Bekas gedung Eurropeesche School yang dibangun 1886 kini ditempati SDN
2 Pancoran Mas.
Sekarang, bangunan ini hanya menjadi
rumah tinggal biasa yang ditempatin oleh keturunan asli daripada Marga Depok
yang dahulunya budak dari cornelis chastelein. Rumah dari seorang bernama Bapak
Yahya, rumah tinggalnya sempat menjadi daftar bangunan cagar budaya namun,
menjadi tidak terlaksana akibat ada perubahan pada plafon aslinya yang telat
direnovasi.
Gereja
tertua di Depok yang berlokasi di jalan pemuda. Gereja ini dibangun setelah
kedatangan Cornelis Chastelein dan papa pekerjanya di Depok. Sebelumnya, ada
sebuah tempat beribadah di sebuah kapel berukuran 23x8 meter di Batavia, yang
didirikan lebih dulu leh Cornelis Chastelein di pasar senen.
Pada
awalnya, gereja ini dibangun secara sederhana, terbuat dari kayu dan bambu.
Namun akibat pelapukan yang terjadi, pada tahun 1715 dan 1792 gereja
direnovasi. Dalam perkembangannya gereja ini terus mengalami pemugaran dan
merubah bentuk asli dari gereja ini sehingga tidak menyisakan dari bentuk
gereja pada masa pembangunan awalnya
Gedung YLCC (Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein)
merupakan bangunan yang diperuntukkan bagi pastor dan pembantunya yang melayani
di Gereja Jemaat Masehi Depok (kini GPIB Jemaat Immanuel Depok). Gedung
tersebut dibangun oleh Cornelis Chastelein hampir beriringan dengan pembangunan
gereja tersebut, sekitar abad 18.Bangunan gedung YLCC ini berarsitektur
kolonial Belanda dengan konstruksi kayunya terbuat dari jenis kayu nangka.
Terlihat pada Daun pintu yang telah lama berdiri namun tetap kokoh dan tidak
lapuk dimakan usia.
Jenis kayu nangka juga diaplikasikan
pada struktur atapnya semula menggunakan genteng buatan pabrik genteng asli
depok, yaitu Aakdewerkfabriek.
Berdasarkan bentuk tampilan bangunan dan fungsi
bangunan 10 bangunan kolonial Belanda dikelompokan menjadi empat kategori.
Kategori A: Kediaman Presiden Depok, SDN Pancoran
Mas 2, Rumah tinggal 1, dan Rumah tinggal 2;
Kategori B: Sekolah Katarsis Indonesia
dan Kantor Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein
(YLCC);
Kategori C: Rumah tinggal 3 dan GPIB Immanuel Depok;
dan
Kategori D: Restoran Khasanti 16 dan SMU Kasih.
Keterangan
Kategori Bangunan:
A:
Bangunan dengan bentuk tampilan yang masih asli (tidak mengalami perubahan secara
keseluruhan) dengan fungsi yang masih asli;
B:
Bangunan dengan bentuk tampilan yang masih asli (tidak mengalami perubahan secara
keseluruhan) namun memiliki fungsi baru (berbeda dengan fungsi sebelumnya);
C:
Bangunan yang mengalami perubahan tampilan (berupa penggantian atau penambahan
beberapa bagian) dengan fungsi yang masih asli; dan
D:
Bangunan yang mengalami perubahan tampilan (berupa penggantian atau penambahan
beberapa bagian) dengan fungsi baru (berbeda dengan fungsi sebelumnya).
Studi
ini menggunakan metode deskriptif. Metode analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis elemen-elemen bangunan. Variabel penelitian yang dibahas dalam studi
adalah karakteristik visual yang terdiri dari massa bangunan, fasade, atap,
denah, dinding, pintu, jendela, kolom, lantai, dan plafon.
3.5 Elemen Arsitektural
3.5.1 Karakter visual
eksterior bangunan
1. Massa
bangunan
Massa bangunan pada
ke-empat kategori didominasi dengan bangunan tunggal yang berbentuk kubus serta
ketinggian bangunan yang rata-rata terdiri dari satu lantai bangunan dan
proporsi perbandingan lebar bangunan lebih besar dibandingkan dengan tinggi
bangunan.
2. Atap
Bentuk atap pada
ke-empat kategori bangunan sangat mencirikan sebagai
bangunan peninggalan
kolonial Belanda, yang berbentuk perisai atau limasan. Atap perisai yang
diadaptasi dari bentuk rumah tradisional Jawa dan penyesuaian bentuk atap yang
dibuat miring. Selain itu yang juga menjadi ciri dari bentuk atap pada ke-empat
kategori bangunan adalah terdapat anak atap dengan bentuk yang beragam, seperti
bentuk perisai, pelana, atap segi lima dan enam. Letak anak atap terdapat dibagian
depan
atau samping bangunan
yang juga berfungsi untuk menaungi ruangan yang menjorok kedapan. Perubahan
yang terjadi, yaitu adanya penambahan atap perisai atau pelana pada massa
tambahan yang terletak dibagian belakang bangunan serta perubahan material atap
yang lebih baru. Atap yang mengalami perubahan struktur maupun bentuk secara
total, dibuat tidak jauh berbeda dengan bentuk atap bangunan kolonial yaitu berbentuk
perisai, agar tidak menghilangkan karakter bangunan sebagai bangunan
peninggalan kolonial Belanda.
3. Dinding eksterior
Elemen dinding
eksterior yang masih asli terbuat dari tembok bata memilki
ketebalan dinding 15
dan 30 cm yang merupakan ciri dari bangunan kolonial Belanda. Profil plesteran
sangat umum ditemukan pada dinding bangunan. Profil plesteran ini berupa
garis-garis yang menonjol pada permukaan dinding, biasanya mengelilingi badan bangunan
dan seperti membagi-bagi bidang dinding. Perubahan pada dinding eksterior adalah
adanya penambahan dinding dengan ketebalan 15 cm pada massa tambahan
yang terletak di
belakang bangunan yang dibuat menyatu dengan dinding bangunan utama. Tetap
tidak merusak bentuk, struktur dan material dinding yang lama, serta perubahan
pada warna cat dinding. Dinding eksterior yang mengalami perubahan total, karena
adanya perluasan bangunan sehingga merubah dinding eksterior yang ada.
4. Pintu
Elemen Pintu eksterior
didominasi dengan jenis pintu jalusi atau krepyak dan bentukpintu berdaun ganda
yang berlapis dua, hal ini sesuai dengan perkembangan arsitekturabad ke-20.
Penggunaan jalusi pada pintu adalah ciri arsitektir tropis, sebagai salah satubentuk
adaptasi terhadap iklim tropis agar udara masuk ke dalam rumah. Serta padabagian
atas pintu terdapat lubang angin atau ventilasi dari kayu yang menyatu dengankusen
pintu. Ornamen pada lubang angin seragam, ada yang berupa jalusi, berbentuk geometri
persegi dan persegi panjang yang membentuk sebuah pola, ada juga yang berupa
garis diagonal yang membentuk pola belah ketupat. Selain menggunakan jalusi, beberapa
pintu juga menggunakan hiasan kaca patri. Terdapat pintu tambahan yang terletak
pada massa tambahan yang berupa pintu berdaun tunggal, yang memiliki bentuk pintu
yang berbeda dengan pintu asli. Beberapa bangunan yang mengalami perubahan pintu
eksterior, yaitu mengalami perubahan pada bentuk dan material pintu yang sudah tidak
sama dengan aslinya ataupun dibuat serupa dengan aslinya, serta terdapat penambahan
dan letak pintu baru.
5. Jendela
Jendela eksterior yang
masih asli juga didominasi dengan jenis jendela jalusi atau krepyak. Bentuk
jendela berdaun ganda dan berlapis dua. Bagian luar jendela berupa jalusi atau
krepyak dan bagian dalam jendela menggunakan hiasan kaca patri atau kaca transparan.
Terdapat juga bentuk jendela berdaun ganda dan tunggal yang tidak berlapis dua,
dengan ornamen pada jendela berupa jalusi atau krepyak. Selain menggunakan jalusi,
beberapa jendela juga menggunakan kaca patri. Perubahan pada jendela ekterior, yaitu
terdapat penambahan jendela baru pada massa tambahan. Bentuk jendela baru biasanya
berdaun tunggal ataupun berbentuk jendela mati yang memiliki bentuk yang berbeda
dengan jendela asli. Beberapa bangunan yang mengalami perubahan jendela, yaitu
mengalami perubahan pada bentuk dan material yang sudah tidak sama dengan aslinya
ataupun dibuat serupa dengan aslinya, serta terdapat penambahan dan letak jendela
baru.
6. Kolom
Kolom pada bangunan
memiliki bentuk yang sederhana (polos) dan didominasi dengan bentuk kolom
persegi. Bentuk yang umumnya ditemukan berupa kolom dengan lapik (dasar) yang
berpelipit. Selain itu juga terdapat kolom-kolom yang memilki hiasan profil
plesteran pada bagian bawah dan atasnya yang sederhana. Profil plesteran ini berupa
garis-garis persegi panjang yang memberi kesan geometris. Selain kolom yang terbuat
dari cor beton, juga terdapat tiang-tiang kayu dan tiang besi yang dipakai
sebagai penyangga atap. Perubahan yang terjadi pada kolom, yaitu perubahan
warna cat pada kolom. Beberapa bangunan yang mengalami perubahan kolom, yaitu
perubahan bentuk dan material kolom serta terdapat penambahan kolom baru pada
beberapa bagian.
Gambar 3.22 Beberapa
bentuk kolom dengan motif hias berupa profil plesteran padabangunan kolonial di
Jalan Pemuda Depok.
Sumber : NoviaEstin.Pdf
7. Fasade
Komposisi fasade
bangunan dari ke-empat kategori didominasi oleh bentuk
geometri persegi
panjang dan bentuk atap yang menangui bangunan. Kategori kesinambungan dari
ke-empat kategori memiliki kesinambungan pada ornamen yang menghiasi pintu,
jendela dan kolom, sedangkan simetri dari ke-empat kategori dapat dibedakan
menjadi kelompok simetris dan asimeteris, antara lain:
•
Simetris, yaitu pada SDN Pancoran Mas 2, Kantor YLCC, rumah tinggal No. 51,
GPIB Immanuel Depok, dan SMU Kasih.
•
Asimetris, yaitu pada rumah tinggal No. 11, rumah tinggal No. 45, rumah tinggal
No. 52, Sekolah Katarsis Indonesia dan Restoran Khasanti 16.