Kamis, 07 Juni 2018

KONSERVASI ARSITEKTUR - BAB 3

BAB III
GAMBARAN UMUM DAN PERMASALAHAN

3.1  Deskripsi Umum Daerah/Obyek Amatan
3.1.1        Kota Depok

Kota Depok adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak tepat di selatan Jakarta, yakni antara Jakarta dan Bogor.Depok adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 kecamatan, yang dibagi menjadi 63 kelurahan.
Depok merupakan kota penyangga Jakarta. Ketika menjadi kota administratif pada tahun 1982, penduduknya hanya 240.000 jiwa, dan ketika menjadi kotamadya pada tahun 1999 penduduknya 1,2 juta jiwa.

Adapun selengkapnya nama-nama kecamatan dan kelurahan hasil pemekaran berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 yang disahkan oleh DPRD Kota Depok, sebagai berikut:
1.        Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, dan Kelurahan Mampang.
2.        Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru. elurahan Rangkapan Jaya, dan Kelurahan Rangkap Jaya Baru.
3.        Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya.
4.        Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.
5.        Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.
6.        Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.
7.        Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, Kelurahan Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.
8.        Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.
9.        Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.
10.    Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.
11.    Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.
Kota Depok selain sebagai kota otonom yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air.

3.1.2        Letak Geografis Kecamatan Pancoran Mas
Letak Geografis Kecamatan Pancoran Mas sangat strategis, yaitu terletak ditengah jantung perkotaan  Kota Depok, yang dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk dan pusat perbelanjaan, pertokoan  serta perkantoran dan tempat ibdah. Kecamatan Pancoran Mas mempunyai luas wilayah ± 1.919 ha, dengan ketinggian wilayah dari permukaan air laut sekitar 50 sampai dengan 60 meter dengan permukaan tanah yang relatif datar dan berbukit. Kecamatan Pancoran Mas terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, 106 Rukun Warga (RW) dan 627 Rukun Warga (RT) dengan jumlah penduduk 240.920 jiwa per Maret 2013.

Kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Pancoran Mas, yaitu :
1.    Kelurahan Depok
2.    Kelurahan Depok Jaya
3.    Kelurahan Pancoran Mas
4.    Kelurahan Mampang
5.    Kelurahan Rangkepan Jaya
6.    Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
Batas Wilayah :
1.    Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Beji
2.    Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukmajaya
3.    Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cipayung
4.    Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Limo

3.1.3        Sejarah Kecamatan Pancoran Mas Depok



Kota Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada dalam lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) Wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 Perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun Pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan jasa, yang semakin pesat, sehingga diperlukan kecepatan pelayanan. Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981 yang peresmiannya diselenggarakan pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri Dalam Negri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa yaitu :
1.    Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa yaitu Desa Depok. Desa Depok Jaya, Desa pancoran Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan jaya Baru.
2.    Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa yaitu Desa Beji, Desa Kemirimuka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.
3.    Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa yaitu Desa Mekarjaya, Desa Sukmajaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya

Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang dengan pesat baik dibidang Pemerintahan, Pembangunan, dan Kemasyarakatan, khususnya bidang Pemerintahan semua desa berubah menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran kelurahan, sehingga pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan yaitu :
1.    Kecamatan Pancoran Mas, terdiri terdiri 6 (enam) Kelurahan yaitu Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Mampang, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan jaya Baru.
2.    Kecamatan Beji, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan yaitu Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah baru.
3.    Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan yaitu Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan AbadiJaya, Kelurahan BaktiJaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jatimulya, Kelurahan Tirta Jaya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah tingkat II Depok, yang ditetapkan pada tanggal 20 april 1999, Wilayah Kota Depok meliputi wilayah Kota Administratif Depok, terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan sebagaimana  tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II   Bogor yaitu :
1.    Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan 12 (dua belas) Desa Tugu,Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Jatijajar, Desa  Tapos, desa Cimpaem dan Desa Luwinanggung;
2.    Kecamatan Sawangan yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa  yaitu Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kadaung,  Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojongsari, Desa Bojongsari Baru, desa Duren Seribu, Desa Duren mekar, Desa Pengasinan, Desa bedahan dan Desa Pasir Putih;
3.    Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa yaitu Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut dan Desa Grogol;
4.    Dan ditambah 5 (lima ) dari Kecamatan Bojong Gede yaitu Desa Cipayung Jaya,Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong dan Desa Pondok Jaya.

Kecamatan Pancoran Mas adalah merupakan salah satu dari 11 Kecamatan di Kota Depok yang berada di Pusat Kota Depok. Kecamatan Pancoran Mas saat ini terpisah menjadi 2 (dua) Kecamatan  berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 07 Tahun 2008 tentang Pemerkaran Kecamatan di Kota Depok. Kecamatan Pancoran Mas yang membawahi 6 (enam) Kelurahan yaitu Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Mampang, Kelurahan Rangkepan Jaya dan Kelurahan Rangkapan Jaya Baru dan Kecamatan Cipayung yang membawahi 6 Kelurahan.

3.2         Lokasi
Bangunan Bersejarah yang ada di Depok berlokasi di Jl. Raya Pemuda, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat.
3.3         Kondisi Eksisting
Master plan Kawasan terletak di Jalan Pemuda, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat
Berikut merupakan data kawasan yang terletak di Jalan Pemuda
Jumlah Bangunan bersejarah : 14

Berikut merupakan 14 bangunan bersejarah Depok yang masih tersisa di Jalan Pemuda, Pancoran Mas :
1.        Rumah Presiden Depok
2.        Rumah sakit Harapan
3.        Rumah Warga 1
4.        Khasanti Restaurant
5.        Rumah Yanu Jonathans
6.        SDN Pancoran Mas 02
7.        Tempat penyimpanan Yakult
8.        Rumah Percontohan Depok
9.        Rumah Warga 2
10.    Gedung Pertemuan Immanuel
11.    GPIB Immanuel Depok
12.    Rumah Warga 3
13.    Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC)
14.    SMPN 1 Depok

3.4         Bangunan Arsitektur Kolonial
Rumah sakit harapan depok adalah rumah sakit pertama yang ada di Kota Depok. Sebelum menjadi rumah sakit, bangunan ini merupakan Gedung Gemeente Depok (kotapraja) pada tahun 1880.  Tempat yang menjadi pusat pemerintahan kota Depok di masa lampau.


Sisa atau bentuk asli bangunan pada rumah sakit harapan depok hanyalah fasad depan dan bagian atapnya saja, karena pada bagian belakang dan dalam ruangan sudah dilakukan renovasi berulang kali.
Para budak yang bertugas mengelola lahan milik Chastelein menjadi cikal bakal warga pertama Depok. Kekayaan sejarah lain bertebaran di Jalan Pemuda. Selain pada bangunan ini, berbagai bangunan dengan corak arsitektur lama di sana. Tak jauh dari rumah sakit dan rumah presiden, bangunan bersejarah lain bisa ditemui. Bekas gedung Eurropeesche School yang dibangun 1886 kini ditempati SDN 2 Pancoran Mas.





Sekarang, bangunan ini hanya menjadi rumah tinggal biasa yang ditempatin oleh keturunan asli daripada Marga Depok yang dahulunya budak dari cornelis chastelein. Rumah dari seorang bernama Bapak Yahya, rumah tinggalnya sempat menjadi daftar bangunan cagar budaya namun, menjadi tidak terlaksana akibat ada perubahan pada plafon aslinya yang telat direnovasi.
Gereja tertua di Depok yang berlokasi di jalan pemuda. Gereja ini dibangun setelah kedatangan Cornelis Chastelein dan papa pekerjanya di Depok. Sebelumnya, ada sebuah tempat beribadah di sebuah kapel berukuran 23x8 meter di Batavia, yang didirikan lebih dulu leh Cornelis Chastelein di pasar senen.

Pada awalnya, gereja ini dibangun secara sederhana, terbuat dari kayu dan bambu. Namun akibat pelapukan yang terjadi, pada tahun 1715 dan 1792 gereja direnovasi. Dalam perkembangannya gereja ini terus mengalami pemugaran dan merubah bentuk asli dari gereja ini sehingga tidak menyisakan dari bentuk gereja pada masa pembangunan awalnya




Gedung YLCC (Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein) merupakan bangunan yang diperuntukkan bagi pastor dan pembantunya yang melayani di Gereja Jemaat Masehi Depok (kini GPIB Jemaat Immanuel Depok). Gedung tersebut dibangun oleh Cornelis Chastelein hampir beriringan dengan pembangunan gereja tersebut, sekitar abad 18.Bangunan gedung YLCC ini berarsitektur kolonial Belanda dengan konstruksi kayunya terbuat dari jenis kayu nangka. Terlihat pada Daun pintu yang telah lama berdiri namun tetap kokoh dan tidak lapuk dimakan usia.
Jenis kayu nangka juga diaplikasikan pada struktur atapnya semula menggunakan genteng buatan pabrik genteng asli depok, yaitu Aakdewerkfabriek.
Berdasarkan bentuk tampilan bangunan dan fungsi bangunan 10 bangunan kolonial Belanda dikelompokan menjadi empat kategori.
Kategori A: Kediaman Presiden Depok, SDN Pancoran Mas 2, Rumah tinggal 1, dan Rumah tinggal 2;
Kategori B: Sekolah Katarsis Indonesia dan Kantor Yayasan Lembaga      Cornelis Chastelein (YLCC);
Kategori C: Rumah tinggal 3 dan GPIB Immanuel Depok; dan
Kategori D: Restoran Khasanti 16 dan SMU Kasih.

Keterangan Kategori Bangunan:
A: Bangunan dengan bentuk tampilan yang masih asli (tidak mengalami perubahan secara keseluruhan) dengan fungsi yang masih asli;

B: Bangunan dengan bentuk tampilan yang masih asli (tidak mengalami perubahan secara keseluruhan) namun memiliki fungsi baru (berbeda dengan fungsi sebelumnya);

C: Bangunan yang mengalami perubahan tampilan (berupa penggantian atau penambahan beberapa bagian) dengan fungsi yang masih asli; dan

D: Bangunan yang mengalami perubahan tampilan (berupa penggantian atau penambahan beberapa bagian) dengan fungsi baru (berbeda dengan fungsi sebelumnya).

Studi ini menggunakan metode deskriptif. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis elemen-elemen bangunan. Variabel penelitian yang dibahas dalam studi adalah karakteristik visual yang terdiri dari massa bangunan, fasade, atap, denah, dinding, pintu, jendela, kolom, lantai, dan plafon.



3.5     Elemen Arsitektural
3.5.1 Karakter visual eksterior bangunan
1.    Massa bangunan
Massa bangunan pada ke-empat kategori didominasi dengan bangunan tunggal yang berbentuk kubus serta ketinggian bangunan yang rata-rata terdiri dari satu lantai bangunan dan proporsi perbandingan lebar bangunan lebih besar dibandingkan dengan tinggi bangunan.

2.    Atap
Bentuk atap pada ke-empat kategori bangunan sangat mencirikan sebagai
bangunan peninggalan kolonial Belanda, yang berbentuk perisai atau limasan. Atap perisai yang diadaptasi dari bentuk rumah tradisional Jawa dan penyesuaian bentuk atap yang dibuat miring. Selain itu yang juga menjadi ciri dari bentuk atap pada ke-empat kategori bangunan adalah terdapat anak atap dengan bentuk yang beragam, seperti bentuk perisai, pelana, atap segi lima dan enam. Letak anak atap terdapat dibagian depan
atau samping bangunan yang juga berfungsi untuk menaungi ruangan yang menjorok kedapan. Perubahan yang terjadi, yaitu adanya penambahan atap perisai atau pelana pada massa tambahan yang terletak dibagian belakang bangunan serta perubahan material atap yang lebih baru. Atap yang mengalami perubahan struktur maupun bentuk secara total, dibuat tidak jauh berbeda dengan bentuk atap bangunan kolonial yaitu berbentuk perisai, agar tidak menghilangkan karakter bangunan sebagai bangunan peninggalan kolonial Belanda.

3. Dinding eksterior
Elemen dinding eksterior yang masih asli terbuat dari tembok bata memilki
ketebalan dinding 15 dan 30 cm yang merupakan ciri dari bangunan kolonial Belanda. Profil plesteran sangat umum ditemukan pada dinding bangunan. Profil plesteran ini berupa garis-garis yang menonjol pada permukaan dinding, biasanya mengelilingi badan bangunan dan seperti membagi-bagi bidang dinding. Perubahan pada dinding eksterior adalah adanya penambahan dinding dengan ketebalan 15 cm pada massa tambahan
yang terletak di belakang bangunan yang dibuat menyatu dengan dinding bangunan utama. Tetap tidak merusak bentuk, struktur dan material dinding yang lama, serta perubahan pada warna cat dinding. Dinding eksterior yang mengalami perubahan total, karena adanya perluasan bangunan sehingga merubah dinding eksterior yang ada.
4. Pintu
Elemen Pintu eksterior didominasi dengan jenis pintu jalusi atau krepyak dan bentukpintu berdaun ganda yang berlapis dua, hal ini sesuai dengan perkembangan arsitekturabad ke-20. Penggunaan jalusi pada pintu adalah ciri arsitektir tropis, sebagai salah satubentuk adaptasi terhadap iklim tropis agar udara masuk ke dalam rumah. Serta padabagian atas pintu terdapat lubang angin atau ventilasi dari kayu yang menyatu dengankusen pintu. Ornamen pada lubang angin seragam, ada yang berupa jalusi, berbentuk geometri persegi dan persegi panjang yang membentuk sebuah pola, ada juga yang berupa garis diagonal yang membentuk pola belah ketupat. Selain menggunakan jalusi, beberapa pintu juga menggunakan hiasan kaca patri. Terdapat pintu tambahan yang terletak pada massa tambahan yang berupa pintu berdaun tunggal, yang memiliki bentuk pintu yang berbeda dengan pintu asli. Beberapa bangunan yang mengalami perubahan pintu eksterior, yaitu mengalami perubahan pada bentuk dan material pintu yang sudah tidak sama dengan aslinya ataupun dibuat serupa dengan aslinya, serta terdapat penambahan dan letak pintu baru.
5. Jendela
Jendela eksterior yang masih asli juga didominasi dengan jenis jendela jalusi atau krepyak. Bentuk jendela berdaun ganda dan berlapis dua. Bagian luar jendela berupa jalusi atau krepyak dan bagian dalam jendela menggunakan hiasan kaca patri atau kaca transparan. Terdapat juga bentuk jendela berdaun ganda dan tunggal yang tidak berlapis dua, dengan ornamen pada jendela berupa jalusi atau krepyak. Selain menggunakan jalusi, beberapa jendela juga menggunakan kaca patri. Perubahan pada jendela ekterior, yaitu terdapat penambahan jendela baru pada massa tambahan. Bentuk jendela baru biasanya berdaun tunggal ataupun berbentuk jendela mati yang memiliki bentuk yang berbeda dengan jendela asli. Beberapa bangunan yang mengalami perubahan jendela, yaitu mengalami perubahan pada bentuk dan material yang sudah tidak sama dengan aslinya ataupun dibuat serupa dengan aslinya, serta terdapat penambahan dan letak jendela baru.

6. Kolom
Kolom pada bangunan memiliki bentuk yang sederhana (polos) dan didominasi dengan bentuk kolom persegi. Bentuk yang umumnya ditemukan berupa kolom dengan lapik (dasar) yang berpelipit. Selain itu juga terdapat kolom-kolom yang memilki hiasan profil plesteran pada bagian bawah dan atasnya yang sederhana. Profil plesteran ini berupa garis-garis persegi panjang yang memberi kesan geometris. Selain kolom yang terbuat dari cor beton, juga terdapat tiang-tiang kayu dan tiang besi yang dipakai sebagai penyangga atap. Perubahan yang terjadi pada kolom, yaitu perubahan warna cat pada kolom. Beberapa bangunan yang mengalami perubahan kolom, yaitu perubahan bentuk dan material kolom serta terdapat penambahan kolom baru pada beberapa bagian.

Gambar 3.22 Beberapa bentuk kolom dengan motif hias berupa profil plesteran padabangunan kolonial di Jalan Pemuda Depok.
Sumber : NoviaEstin.Pdf

7. Fasade
Komposisi fasade bangunan dari ke-empat kategori didominasi oleh bentuk
geometri persegi panjang dan bentuk atap yang menangui bangunan. Kategori kesinambungan dari ke-empat kategori memiliki kesinambungan pada ornamen yang menghiasi pintu, jendela dan kolom, sedangkan simetri dari ke-empat kategori dapat dibedakan menjadi kelompok simetris dan asimeteris, antara lain:
• Simetris, yaitu pada SDN Pancoran Mas 2, Kantor YLCC, rumah tinggal No. 51, GPIB Immanuel Depok, dan SMU Kasih.
• Asimetris, yaitu pada rumah tinggal No. 11, rumah tinggal No. 45, rumah tinggal No. 52, Sekolah Katarsis Indonesia dan Restoran Khasanti 16.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar