NAMA : ARIESMA RAFANI RASYID
KELAS : 4TB06
NPM : 21314577
Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru). Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
Kritik impresionis dapat berbentuk :
· Verbal
discourse (narasi verbal puisi atau prosa).
· Caligramme
(paduan kata)
· Painting
(lukisan)
· Photo image
(imagi foto)
· Modification
of building (Modifikasi bangunan)
· Cartoon
(menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan).
Contoh :
Kritik
impressionis
menggunakan
karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya keseniannya.
GEDUNG DPR RI
Sejarah Gedung DPR RI (Jakarta)
Sumber gambar : jawapos.com
Gedung ini mulai dibangun pada tanggal 8 Maret 1965. Ketika itu Presiden
Soekarno bermaksud menyelenggarakan CONEFO, yaitu suatu konferensi yang
bertujuan untuk menandigi organisai PBB yang dianggap sebagai simbol dari
kekuatan faham kapitalis. Ketika pemerintahan Presiden pertama ini jatuh dan
kekuasaan berpindah tangan pada Presiden Soeharto, proses pembangunan tetap
dilanjutkan. Hanya saja fungsinya dirubah menjadi Gedung MPR dan DPR hingga
saat ini.
esain gedung ini dirancang oleh
seorang arsitektur atau ahli bangunan yang bernama Soejoedi Wirjoatmodjo. Dari
lantai dasar paling bawah hingga atap bangunan punya ukuran tinggi seratus
meter dan terbagi menjadi duapuluh empat lantai. Sedangkan total luas
bangunannya mencapai 80.000m2.
Gambar ini merupakan atap dari gedung DPR RI. Atap ini punya tampilan
seperti tempurung atau tubuh binatang kura-kura tapi terbelah menjadi dua
bagian. Bagian tengahnya melengkung kearah bawah dan diberi semacam sabuk yang
melengkung hingga ke lantai yang ada dibawah atau dasar. Sabuk yang jumlahnya
ada dua ini membelah pada bagian bawah kemudian membentuk ruang yang kosong.
Gambar ini merupakan Ruang atau bidang yang kosong ini selanjutnya
dipakai sebagai tempat untuk membuat tangga yang menjadi akses untuk masuk ke
dalam ruang yang ada di lantai atas. Tangga ini punya ukuran yang sagat besar,
lebar dan panjang. Meski menggunakan konsep berundah, tapi dibuat menjadi
berapa bagian, dimana masing-masing bagian tersebut punya ukuran kemiringan
yang berbeda.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan tangga yang lebih landai, sehingga
orang atau pengunjung yang ingin naik ke lantai atas dari luar tidak akan mudah
lelah dan capek. Selain itu pada bagian tengah dari tangga ini tidak dibuat
secara berundak, tapi membentuk bidang datar yang miring. Tujuan dari pembuatan
tangga datar ini yaitu sebagai akses untuk pengunjung difabel atau cacat tubuh
yang tidak mampu berjalan pada tangga berundak dan harus menggunakan kursi roda.
Gambar ini merupakan atap dan sabuk, warna yang digunakan pada atap yang
membentuk tempurung kura-kura tersebut tidak pernah berubah, yaitu hijau.
Sedangkan sabuk yang juga berfungsi sebagai konstruksi atap di beri warna
abu-abu. Kemudian bagian tengah dari tangga yang digunakan oleh kaum difabel
menggunakan warna putih.
Gambar ini merupadakn penutup atap
yang dimana bagian atasnya tetap landai tidak menjulang ke atas. Ini merupakan
simbol dari sifat yang feminim atau keibuan.